Jumat, 26 Mei 2017

MINIMALISASI LIMBAH LABORATORIUM

MINIMALISASI LIMBAH LABORATORIUM

            Laboratorium secara umum adalah tempat dimana proses percobaan atau analisis kimia dilakukan yang melibatkan sumber daya manusia, bahan kimia berbahaya (B3) dan polusi sebagai hasil samping dari reaksi kimia yang terbentuk. Laboratorium dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan luasnya ruang lingkup atau jumlah pekerjaan yang dilakukan, maka dalam pembahasan ini adalah kategori yang akan dijadikan bahan acuan laboratorium dengan tipe kecil (small laboratories) dimana laboratorium merupakan bagian dari suatu organisasi.
 Laboratorium menjadi sangat unik karena semua bahan kimia yang berada didalamnya berupa bahan kimia berbahaya (B3) walaupun dalam jumlah kecil namun mampu untuk menghasilkan limbah yang potensial terhadap ancaman kerusakan lingkungan, oleh karena itu seorang pekerja laboratorium diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan pengelolaan yang benar terhadap operasional laboratorium agar tidak menjadi ancaman serius bagi diri sendiri. Limbah kimia adalah bahan kimia yang tidak dapat dipakai lagi atau yang sudah kadaluarsa berdasarkan tanggal produksi.
Limbah berbahaya adalah bahan kimia yang dapat membahayakan manusia (Enviromental Protection Agency, Chemicals waste) dapat berupa padatan, cairan dan gas yang memiliki sifat dan karakteristik unik dimana dalam konsentrasi dan jumlah tertentu menjadi penyebab:
1. Secara signifikan berkontribusi menaikkan tingkat kematian, penyakit atau ketidakmampuan fisiologis manusia.
 2. Potensi ancaman bagi kesehatan dan atau pencemaran lingkungan apabila tidak dikelola sesuai dengan ketentuan. Identifikasi limbah bahan kimia laboratorium masuk dalam kategori berbahaya atau tidak apabila bahan kimia tersebut memiliki salah satu sifat seperti dibawah ini :
a. Mudah terbakar (ignitability)
 - Cairan yang memiliki titik nyala < 60 o C
- Bukan cairan yang dalam kondisi normal dapat terbakar sendiri
- Gas yang mudah terbakar
- Bahan kimia yang mudah teroksidasi (oxidizer)
b. Korosif (Corrosive)
- Larutan yang memiliki pH ≤ 2 atau ≥ 12.5
- Larutan yang dapat menjadi penyebab korosi besi dengan laju ≥ ¼ inch per tahun pada suhu 55 °C
c. Reaktif (reactivity)
- Dalam kondisi normal tidak stabil dan dapat berubah setiap saat tanpa ada pemicu.
- Cepat bereaksi dengan air
- Dapat meledak apabila bercampur dengan air
- Apabila bercampur dengan air menghasilkan gas beracun, uap yang dalam jumlah tertentu dapat menjadi ancaman kesehatan manusia dan lingkungan.
- Dapat membentuk sianida atau sulfida pada pH 2 – 12.5 dapat membentuk gas beracun, uap yang dalam jumlah tertentu dapat menjadi ancaman kesehatan manusia dan lingkungan.
- Dapat menjadi bahan peledak apabila direaksikan dengan bahan kimia tertentu.
d. Beracun (toxicity)
- Semua limbah bahan kimia yang masuk didalam daftar EPA, D004-DO 43.
Ada beberapa cara atau metode yang digunakan untuk mengurangi potensi limbah bahan kimia berbahaya di laboratorium, salah satunya adalah dengan mempergunakan manajemen limbah bertingkat (The Waste Management Hierarchy) seperti pada gambar 2.2 dibawah tentang manajemen limbah.
            Tingkatan manajemen limbah ini menunjukkan metode atau cara yang dapat ditempuh dan sesuai dengan pengelolaan limbah bahan kimia berbahaya di laboratorium. Pada tingkatan yang teratas merupakan pilihan yang sering dipakai oleh pengelola laboratorium yaitu dengan cara mengurangi jumlah bahan kimia yang berpotensi menjadi limbah sejak dari proses perencanaan pembelian dan pengadaan bahan tersebut, cara ini adalah yang paling diminati untuk mengurangi polusi akibat limbah bahan kimia. Namun tidak semua jenis bahan kimia dapat dikurangi jumlahnya sejak awal proses di laboratorium, oleh karena itu pada tingkatan yang berada dibawahnya diharapkan dapat menjadi pilihan bagi pengelola, demikian seterusnya sampai pada suatu kondisi dimana bahan kimia tersebut harus dibuang sebagai limbah melalui saluran pembuangan, landfill, insenerator atau ke udara atmosfir. Pada tingkatan paling bawah kurang disukai bagi pengelola laboratorium yang ingin tetap memelihara lingkungan.
            Beberapa tahapan dari hirarki manajemen limbah yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi limbah laboratorium adalah sebagai berikut (dikutip dari Pollution Prevention and Waste Minimization Universitas Wisconsin-Madison Safety Department,2002)
a.       Pengurangan polusi pada sumbernya (Source Reduction)
Melalui proses modifikasi, penyempurnaan teknologi operasi atau mengganti bahan kimia (substansi) yang berpotensi B3 dengan yang ramah lingkungan. Proses ektraksi modern dengan memakai teknik supercritical fluida mampu untuk mengurangi jumlah pelarut organik yang dapat menyebabkan terjadinya polusi akibat limbah bahan kimia organik.
b.      Mempergunakan skala sampel mikro.
            Dengan skala mikro, jumlah sampel yang sedikit diikuti dengan pereaksi atau bahan kimia minimalis dapat menekan polusi dan produksi limbah.
c.       Konsep “ Less is better “
            Dengan mempergunakan bahan kimia dalam jumlah sedikit memiliki pengaruh yang sangat besar,yaitu potensi polusi yang dihasilkan juga berkurang drastis. Dalam proses pengadaan bahan kimia diupayakan pembelian dalam jumlah yang sedikit dan secukupnya, hindari pembelian dalam partai besar sehingga menyita tempat atau gudang bahan kimia dan secara keseluruhan menjadi tidak efisien. Dalam penelitian, 30 % dari jumlah bahan kimia yang dibeli tidak digunakan dan masuk kedalam kategori limbah
d.      Pemakaian kembali bahan kimia yang berlebihan (surplus chemicals)
            Dengan melakukan kaji ulang kembali terhadap bahan kimia kadaluarsa namun masih dalam kemasan yang sempurna, pemakaian kembali dapat dilakukan asal bahan kimia tersebut belum mengalami proses degradasi.
e.       Pengendalian inventori bahan kimia
            Seberapa banyak bahan kimia yang tidak digunakan menunjukkan manajemen pengendalian inventori yang tidak berjalan normal. Beberapa kasus terjadi oleh karena label bahan kimia tidak bisa dipakai sebagai petunjuk identifikasi yang disebabkan oleh karena buruknya sistem penyimpanan bahan kimia.
            Upaya untuk mengurangi jumlah polusi ataupun pencegahan terjadinya limbah merupakan suatu rangkaian proses manajemen limbah laboratorium dimulai dari perencanaan pembelian bahan kimia sampai dengan identifikasi bahan kimia berbahaya hasil reaksi kimia (Bishop, Paul, L 2000) yang sangat mempengaruhi kondisi lingkungan dan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di laboratorium.
            Apabila sudah ditetapkan suatu substansi masuk kedalam kategori limbah berbahaya laboratorium yang tidak bisa diolah lagi (disposal), maka cara kemasan dan identifikasi tempat kemasan dari limbah dimaksud harus mendapat perhatian serius oleh karena pengelolaan yang salah terhadap limbah yang tidak bisa diolah, dapat menjadi ancaman gangguan kesehatan bagi pekerja dan kerusakan lingkungan.
Upaya yang dilakukan dalam rangka pembuangan limbah berbahaya tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Identifikasi penamaan penampung limbah (labelling of waste container)
     Tempat penampung limbah mutlak harus diberi identifikasi “LIMBAH BERBAHAYA” untuk menghindari terjadinya salah pengelolaan. Pencantuman jenis dan karakteristik limbah sangat membantu pekerja didalam melakukan segregasi kemasan limbah berbahaya.
b.      Kemasan yang tepat (proper container)
     Tempat kemasan/botol penyimpanan limbah berbahaya diupayakan sejenis dengan asal limbah tersebut atau dapat dipakai botol yang memiliki kapasitas 4-5 liter dengan tutup yang masih berfungsi dengan sempurna.

 c. Penyimpanan berdasarkan karakteristik limbah berbahaya (storage, compability & safety) untuk mencegah kontaminasi dengan substansi lain. Tidak dibenarkan untuk menyimpan kemasan limbah berbahaya berada dekat dengan saluran pembuangan atau meletakkannya berdampingan dengan limbah berbahaya lain dari substansi yang tidak sesuai (imcompability) untuk menghindari apabila terjadi kebocoran dan limbah tersebut dapat beraksi membentuk ledakan, nyala atau menghasilkan racun.

sumber : http://eprints.undip.ac.id/15947/1/Y._Yophie_Turang.pdf

Jumat, 19 Mei 2017

Media Pengajaran dan Alat Peraga

Proses Belajar Mengajar
            Menurut Sudjana (2000:10) belajar adalah suatu proses yang dilandasi dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Dengan demikian belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Menurut Hamalik.(2003:48) mengajar adalah usahamengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Di antara keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi (Hamalik, 2003:54).
            Hasil belajar adalah akibat dari suatu proses yang dilakukan oleh siswa dan guru di dalam kelas, siswa berusaha memperoleh pelajaran (belajar) dan guru memberikan pelajaran (mengajar). Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Purwanto (1990:107) dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi fisik dan psikis sperti minat, kesehatan dan motivasi, sedangkan faktor eksternal meliputi guru, sarana dan prasarana, kurikulum dan lain-lain.

Media Pengajaran dan Alat Peraga

            Salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar sebagaimana dijelaskan di atas yaitu adanya dukungan media atau alat bantu mengajar. Agar peserta didik mudah mengingat, menceritakan dan melaksanakan sesuatu (pelajaran) yang pernah diamati dan diterima di kelas perlu dukungan peragaan-peragaan (media pengajaran) yang konkret. 
 Menurut Arsyad (2002:3), media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi, sedangkan pengertian alat peraga adalah alat bantu yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2000:110).


Sumber : https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/view/162/167

Pengembangan Media Pembelajaran Fisika

Pengembangan Media Pembelajaran Fisika
a. Syarat Pengembangan Media
Media pada dasarnya alat bantu komunikasi atau membantu untuk mempermudah dalam menyampaikan pesan bagi komunikator (guru) dan menerima pesan bagi komunikan (siswa) atau dalam pembelajaran sebagai fasilitas untuk mempermudah dalam mempelajari, menelaah, menguasai konsep-konsep materi yang termuat dalam media tersebut. Oleh karena itu dalam pengembangan media pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa syarat yang cenderung bersifat, yaitu :
a) Visibel (mudah dilihat)
b) Interesting (menarik)
c) Simple (sederhana)
d) Useful(berguna / bermanfaat)
e) Accurate (benar dan dapat dipertanggungjawabkan)
f) Legitimate (masuk akal dan sah)
g) Structured (terstruktur / tersusun dengan baik)
b. Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran Fisika
1) penyusunan rancangan, meliputi :
a. pengertian media pembelajaran fisika yang akan dikembangkan,
b. analisis kebutuhan dan karakteristik siswa yaitu pertimbangan potensi siwa secara klasikal dan kebiasaan atau kesenangan siswa dalam belajar fisika dan lainnya,
c. perumusan pembelajaran fisika
d. pengembangan materi pembelajaran fisika, sejauh mana materi fisika yang akan diberikan untuk dikuasai siswa dengan bantuan media yang akan diterapkan, dan
e. perumusan alat ukur, berkaitan dengan panduan untuk pengamatan aktivitas KBM dan penguasaan materi.
2) penulisan naskah
berkaitan dengan narasi tentang cara melaksanakan pembuatan media dan cara aplikasinya dalam aktivitas KBM, isinya diantaranya :
a. pengertian tentang media yang akan dikembangkan, maksud pengembangannya, dan scenario media dalam KBM
b. langkah-langkah memproduksi media tersebut
c. penyusunan pedoman evaluasi pengembangan dan aplikasi media.
3) produksi media
berkaitan dengan pembuatan media berdasarkan naskah yang telah ditulis pada point 2.
4) evaluasi program media
berkaitan dengan pelaksanaan uji dan penerapan naskah point 2.c pada implementasi point 3 dalam simulasi dan dalam KBM sesungguhnya.

Sabtu, 13 Mei 2017

RAGAM DAN KLASIFIKASI MEDIA

Ragam dan Klasifikasi Media
            Media pada dasarnya dapat dimaknai sebagai sesuatu yang membawa pesan dan informasi antara pengirim dan penerima. Pengunaan media dalam aktivitas pembelajaran dapat dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
            Setiap jenis media memiliki kemampuan dan karakteristik atau fitur spesifik yang dapat digunakan untuk keperluan yang spesifik pula. Fitur-fitur spesifik yang dimiliki oleh sebuah media pembelajaran membedakan media tersebut dengan jenis media yang lain.
Kemp (1986) mengemukakan beberapa fitur yang juga merupakan karakteristik dari media yaitu.
 Faktor presentasi atau kemampuan dalam menyajikan gambar.
 Faktor ukuran (size); besar atau kecil
 Faktor warna (color): hitam putih atau berwarna
 Faktor gerak - diam atau bergerak
 Faktor bahasa - tertulis atau lisan
 Faktor keterkaitan antara gambar dan suara - gambar saja, suara saja atau gabungan antara gambar dan suara.
            Semua fitur tersebut dapat membedakan antara medium yang satu dengan medium yang lain. Medium kaset audio (audio cassette) dapat dibedakan dari medium video, karena faktor kemampuan dalam menyajikan unsur gambar. Medium kaset audio hanya dapat menampilkan unsur suara saja. Medium video memiliki kemampuan dalam menampilkan unsur suara dan unsur gambar yang bergerak secara bersamaan (simultan). Sedangkan Media komputer jaringa memiliki kemampuan lain yaitu potensi untuk digunakan sebagai media yang bersifat interaktif.
            Beragam media dapat digunakan untuk mendukung aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Untuk memudahkan dalam memilih dan menggunakannya ragam media tersebut kerap diklasifikasikan dalam beberapa klasifikasi.
Kemp dan Dayton (1985) mengemukakan klasifikasi jenis media sebagai berikut:
(1) media cetak
(2) media yang dipamerkan (displayed media)
(3) overhead transparency (OHP)
(4) rekaman suara
(5) slide suara dan film strip
(6) presentasi multi gambar
(7) video dan film
(8) pembelajaran berbasis komputer (computer based instruction).
            Karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung pesat beberapa jenis media seperti OHP, Slide suara, dan presentasi multi gambar sudah digantikan oleh teknologi media yang lebih canggih yaitu komputer multimedia dan jaringan. Penggunaan OHP digantikan dengan perangkat lunak computer yang penggunaannya diproyeksikan dengan LCD.
            Heinich dan kawan-kawan (2005) mengemukakan beberapa jenis media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, instruktur, dan perancang ptogram pembelajaran yaitu:
(1) media cetak/teks
(2) media pameran/display
(3) media audio
(4) gambar bergerak/motion pictures
(5) multimedia

(5) media berbasis web atau internet. 

(Sumber : Pribadi. B. A. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat)

DEFINISI,POSISI DAN FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN

Definisi, Posisi, dan Fungsi Media Pembelajaran


Definisi media pembelajaran.
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi.
Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Posisi media pembelajaran.
            Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran. Posisi media pembelajaran sebagai komponen komunikasi ditunjukkan pada Gambar 1.


Fungsi Media Pembelajaran.
 Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa).Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi media dalam proses pembelajaran ditunjukkan pada Gambar 2.


            Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan
(manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
            Hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, verbalisme, artrinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru. Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.
            Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Secara rinci,fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah.
2. Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya,
atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan sebagainya.
3. Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebaginya.
4. Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya.
5. Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.
6. Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati.Dengan slide, film, atau video siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya.
7. Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya.
8. Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya.
9. Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit. Bunga dari kuncup sampai mekar yang berlangsung beberapa hari, dengan bantuan film dapat diamati hanya dalam beberapa detik.
10. Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. Dengan bantuan film atau video, siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah, yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan.
11. Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yang sukar diamati secara langsung. Dengan film atau video dapat dengan mudah siswa mengamati jalannya mesin 4 tak, 2 tak, dan sebagainya.
12. Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari sutau alat. Dengan diagram, bagan, model, siswa dapat mengamati bagian mesin yang sukar diamati secara langsung.
13. Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama. Setelah siswa melihat proses penggilingan tebu atau di pabrik gula, kemudian dapat mengamati secara ringkas proses penggilingan tebu yang disajikan dengan menggunakan film atau video (memantapkan hasil pengamatan).
14. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau televisi ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan seorang profesor dalam waktu yang sama.
15. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing. Dengan modul atau pengajaran berprograma, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan masing-masing.

Sumber :
Criticos, C. 1996. Media selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.): International Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition. New York: Elsevier Science, Inc.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. 2002. Instructional media and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Ibrahim, H. 1997. Media pembelajaran: Arti, fungsi, landasan pengunaan, klasifikasi, pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, Tv, dan penulisan naskah slide. Bahan sajian program pendidikan akta mengajar III-IV.FIP-IKIP Malang

Senin, 08 Mei 2017

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

I.                   Latar Belakang
Tidak efisiennya penggunaan laboratorium disebabkan oleh banyak hal, seperti tidak teraturnya administrasi laboratorium. Selain itu juga dapat disebabkan oleh operasional laboratorium yang tidak memenuhi standar. Kurangnya mutu dan kinerja laboratorium ini menjadi dasar permasalahan untuk dibuatnya Standar Operasional Prosedur (SOP).
II.                Tujuan
Tercapainya pengelolaan laboratorium yang efektif dan efisien dan terciptanya suasana laboratorium yang kondusif sehingga dapat membangkitkan minat untuk melakukan penelitian baik bagi dosen maupun mahasiswa. Selain itu, juga memberikan panduan proses penggunaan laboratorium untuk keperluan layanan penelitian oleh pengguna.
III.             Ruang Lingkup
Layanan laboratorium untuk mahasiswa yang melakukan penelitian, peneliti atau ilmuan dan masyarakat.
IV.             Acuan
4.1  Tugas dan Tanggung Jawab
1.      Kepala laboratorium bertugas mengkoordinasikan kegiatan praktikum, penelitian maupun kerjasama yang ada dilaboratorium dan bertanggungjawab terhadap kegiatan di laboratorium kepada ketua jurusan.
2.      Anggota laboratorium bertugas melakukan penelitian, kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang keilmuannya untuk mengembangkan laboratorium serta bertanggung jawab kepada kepala laboratorium.
3.      Staf administrasi bertugas melaksanakan fungsi administratif di laboratorium dan bertanggung jawab kepada kepala laboratorium.
4.      Laboran bertugas mempersiapkan peralatan dan bahan untuk kegiatan praktikum dan penelitian serta bertanggung jawab kepada kepala laboratorium.
4.2  Tata Tertib Laboratorium
1.       Berlaku sopan, santun dan menjunjung etika akademik dalam laboratorium
2.      Menjunjung tinggi dan menghargai staf laboratorium dan sesama pengguna laboratorium.
3.      Menjaga kebersihan dan kenyamanan ruang laboratorium
4.      Peserta pratikum dilarang merokok, makan dan minum, membuat kericuhan selama kegiatan praktikum dan di dalam ruang laboratorium.
5.      Dilarang menyentuh, menggeser dan menggunakan peralatan di laboratorium yang tidak sesuai dengan acara praktikum mata kuiah yang diambil.
6.      Membersihkan peralatan yang digunakan dalam praktikum maupun penelitian dan mengembalikannya kepada petugas laboratorium
7.      Membaca, memahami dan mengikuti prosedur operasional untuk setiap peralatan dan kegiatan selama praktikum dan di ruang laboratorium
8.      Selama kegiatan praktikum, TIDAK BOLEH menggunakan handphone untuk pembicaraan dan/atau SMS.
V.                Prosedur 


http://www.unikal.ac.id/index.php/info/artikel/126-menuju-pengelolaan-laboratorium-yang-lebih-baik-