Jumat, 26 Mei 2017

PEMELIHARAAN FASILITAS LABORATORIUM FISIKA (Alat Ukur Listrik)

PEMELIHARAAN FASILITAS LABORATORIUM FISIKA (Alat Ukur Listrik)

Pemeliharaan dan perawatan Alat Ukur Multimeter dan Meter Dasar (basic meters)
Mengetahui masalah pada alat-alat ukur, sering dengan cara mengenali adanya kesinambungan antara dua titik atau terminal rangkaian. Adanya kesinambungan dapat diketahui dengan menggunakan ”ohmmeter” pada alat "multimeter analog" yang seharusnya ada di setiap laboratorium SMP/SMA. Jika antara dua titik atau terminal ada kesinambungan/kontinuitas, berarti kedua terminal itu telah terhubungkan secara elektrik satu sama lain.
Langkah-langkah tersebut adalah alihkan sakelar ke kedudukan pengukuran hambatan (posisi x 1, x 10, x 50, dst) untuk mengenali adanya kesinambungan antara dua titik. Pertama-tama periksalah keadaan pengukur ohm meter analog terlebih dahulu, yaitu dengan menghubungkan ujung kedua kabel pemeriksa (testleads/probe). Pengukuran hambatan ada dalam keadaan baik, jika jarum meter menyimpang penuh ke kanan menunjukkan angka 0 di ujung paling kanan skala
Jika jarum penunjuk tidak menyimpang penuh, cobalah putar tombol bertanda OHM ADJ ke kanan sampai maksimal sesuai dengan arah putaran jarum jam, sampai jarum menunjuk angka 0. Jika jarum tidak menunjuk ke angka 0 berarti baterai di dalam multimeter sudah lemah dan baterai harus diganti.
Langkah berikutnya, untuk mengetahui adanya kesinambungan antara dua titik/terminal, sentuhkanlah salah satu ujung kabel periksalah ke salah satu titik yang dimaksud pada alat yang diperiksa. Ujung kabel lain ke titik yang lain; seperti yang terlihat pada gambar 1. Jika jarum menunjukkan ke angka 0, antara kedua titik itu berarti ada kesinambungan.

Agar alat ukur multitester selalu dalam keadaan siap pakai dalam keadaan apapun, maka ada rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam pemeliharaannya antara lain sebagai berikut:
ü Tombol selektor switch harus dikembalikan pada posisi AC volt, (bila tidak saklarü ON/OFF), setelah melakukan kegiatan pengkuran kuat arus atau tegangan listrik dan pengukuran Ohmmeter dengan menggunakan multimeter,
ü Jika multimeter telah menggunakan saklar on/off, maka tidak usaha mengarahkan tombol selektor switch ke arah AC volt,
ü Setelah selesai pemakaian alat tersebut harus dimasukkan kembali kotak tempatnya dan dimasukkan ke dalam lemari,
ü Kabel penghubung atau test lead mohon dikeluarkan dari multimeter.
Meter dasar dapat dipergunakan sebagai galvanometer jika diberi pengganda (multipliers) (sebagai voltmeter), yang dipasang secara paralel pada rangkaian listrik tertutup, dan sebagai ampere meter menggunakan pencabang (shunt) dan dipasang secara seri dalam listrik tertutup.
Pengganda (multipliers) untuk meter dasar digunakan untuk mengubah meter dasar menjadi voltmeter, Seperti yang terlihat pada gambar 2 di bawah ini.
            Pemakaian terpenting adalah sebagai alat ukur arus dan alat ukur tegangan. Pada pemakaian sebagai ampere meter (ammeter), diupayakan semua arus pada suatu titik cabang yang diukur dapat melalui ammeter. Tujuannya adalah pada titik cabang tersebut seolah-olah terjadi hubung singkat, yaitu mempunyai resistansi rendah dan penurunan tegangan yang rendah. Untuk pemakaian sebagai voltmeter (dipasang di antara duatitik), diupayakan agar arus yang lewat ke meter (voltmeter) sekecil mungkin. Tujuannya adalah agar di kedua titik sambungan seolah-olah merupakan rangkaian terbuka, yaitu memiliki resistansi yang sangat besar atau dilewati arus yang sangat kecil. Gambar 3 menunjukkan bagaimana kedua meter listrik tersebut dipasang pada rangkaian. Suatu meter dasar biasanya memerlukan arus sebesar 1 mA (dan sekitar 0.1 V) untuk membuat difleksi skala penuh (full-scale deflection).

BAGAN POHON TERMODINAMIKA


PERAWATAN MULTIMETER DAN OSILOSKOP

PERAWATAN MULTIMETER DAN OSILOSKOP

Tersedianya peralatan laboratorium yang memadai dalam lembaga pendidikan merupakan faktor pendukung pencapaian kualitas pendidikan khususnya pencapaian tujuan kegiatan laboratorium. Kulaitas data yang dihasilkan dari suatu kegiatan laboratorium sangat dipengaruhi oleh kualitas alat dan profesionalitas pelaksana kegiatan. Peralatan yang berkualitas biasanya relatif mahal. Penggunaan dan usia alat akan mempengaruhi validitas dan reliabilitasnya. Untuk dua alasan tersebut, maka perlu untuk menjaga dan merawat alat tersebut agar selalu dalam keadaan siap digunakan, tetap valid dan reliabel.

Sering terlupakan, berbagai upaya pengadaan peralatan yang telah dilakukan dengan susah payah dan memerlukan anggaran yang besar belum ditindak lanjuti dengan program pemanfaatan yang optimal dan sistem perawatan yang memadai. Ada beberapa alat yang rusak atau bahkan rusak sebelum dipakai oleh karena alat tidak dioperasikan oleh ahlinya, belum memiliki teknisi yang mampu memperbaiki alat, atau tidak memiliki dana yang cukup untuk perbaikan alat tersebut. Hal yang lebih memprihatinkan adalah siapa yang harus bertanggungjawab terhadap perbaikan dan perawatan alat. Peralatan yang rusak akan mengganggu kelancaran pelaksanaan kegiatan laboratorium, tetapi dampak dari kerusakan alat terhadap kualitas pendidikan tidak segera dapat dilihat. Pada umumnya pengguna alat (Dosen, laboran, dan mahasiswa) tidak segera dapat mengatasi kerusakan karena berbagai hal seperti kemampuan, waktu, komponen, ataupun dana.

Perawatan adalah suatu upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan peralatan (fasilitas pada umumnya) dalam kondisi yang baik dan tetap berfungsi. Karena sifatnya, maka perawatan dibedakan menjadi dua jenis yakni :

1.      Perawatan terencana (Preventif/pencegahan)

Jenis perawatan terencana dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disertai dengan monitoring dan evaluasi. Dengan demikian jenis perawatan tersebut betul-betul diprogram, diorganisir, dijadwal, dianggarkan, dilaksanakan, dimonitor, dan dievaluasi. Tujuan perawatan terencana adalah mencegah terjadinya gangguan kemacetan atau kerusakan dan mengembalikannya pada kondisi standar yang dapat berfungsi normal.

2.      Perawatan tak terencana (Darurat)

Perawatan tak terencana bersifat perbaikan terhadap gangguan atau kerusakan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Pada umumnya kerusakan yang terjadi pada tingkatan yang berat (tak beroperasi). Jenis perawatan tersebut jelas tidak direncanakan dan tidak pula terjadwal.

Selain untuk menjaga kondisi dalam keadaan prima, tetap berfungsi dan siap dipakai secara optimal, maka perawatan terencana memiliki dampak yang lebih luas yakni dapat (a) memperpanjang usia pemakaian, (b) melancarkan kegiatan laboratorium, (c) mengetahui kerusakan dini, (d) menghindari kerusakan mendadak, (e) mencegah kerusakan fatal, dan (f) menjamin keamanan dan kenyamanan pemakai.

Secara kodrati, peralatan apapun yang dibuat oleh manusia lama-kelamaan akan mengalami penurunan kinerja dan kerusakan. Secara perlahan dan bertahap tetapi pasti, komponen-komponen alat mengalami penurunan kemampuan yang pada akhirnya mengalami kerusakan. Meskipun secara alami pasti terjadi, tetapi kerusakan karena kesalahan prosedur dapat dicegah. Sedangkan usia pemakaian alat dapat diperpanjang dengan pemeliharaan yang tepat dan teratur.

Obyek Perawatan :

Setiap alat memiliki keunikan tersendiri, sehingga cara merawat satu jenis alat berbeda dengan cara merawat jenis alat yang lain. Berdasarkan keunikan tersebut, maka sebelumnya perlu mempertimbangkan obyek atau jenis alat apa yang akan dirawat. Dalam makalah ini hendak dikemukakan cara merawat alat yang sangat vital dalam elektronika dan instrumentasi yakni multimeter dan osiloskop.


Sistem Perawatan :

Setiap orang (kepala laboratorium, dosen, laboran dan mahasiswa) yang berkepentingan atau terlibat dengan penggunaan multimeter dan osiloskop wajib merawatnya. Kepala laboratorium selaku penanggungjawab mengkoordinir mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi sistem perawatan. Dosen yang secara langsung dapat mengerahkan dan memotivasi mahasiswa untuk turut bertanggungjawab terhadap pelaksanaan perawatan alat yang mereka gunakan. Laboran berkewajiban mengadministrasi hingga melaksanakan sistem perawatan, seperti menjaga, menyimpan, membersihkan kalau perlu melakukan penggantian dan perbaikan alat yang menjadi tanggungjawabnya. Mahasiswa yang menggunakan alat perlu dilibatkan dalam perawatan sekaligus untuk mendidik dan membina rasa tanggungjawab. Teknisi ahli (profesional) dari luar kadang juga perlu dilibatkan untuk perawatan pada tingkat kerusakan yang perbaikannya memerlukan kemampuan ataupun teknik tertentu (tenaga yang telah profesional).

Pada dasarnya perawatan memerlukan biaya, bahkan kadang-kadang sangat mahal. Biaya tersebut diperlukan untuk berbagai hal seperti pembelian suku cadang atau komponen, pembelian alat untuk merawat, transportasi, upah perbaikan khususnya apabila pelaksanaannya ditangani tenaga dari luar yang profesional. Biaya tersebut sebaiknya dianggarkan dan digali dari berbagai sumber.



Bahan dan peralatan perawatan merupakan hal yang sangat urgen untuk pelaksanaan perawata alat. Bahan dan peralatan perawatan tersebut meliputi bahan untuk kebersihan (sulak, kuas, sapu, sikat, kain pel), peralatan untuk pemeliharaan (toolset, pemadam kebakaran, AC, isolasi, cat), dan suku cadang atau komponen (sekring, resistor, kapasitor, kabel).

Terdapat cara-cara umum untuk merawat berbagai jenis alat, seperti menggunakan alat dengan prosedur yang benar, disimpan di tempat yang aman, menggunakan alat sesuai dengan fungsinya, membersihkan dari debu dan uap air dan sebagainya. Cara yang biasa dipilih untuk melakukan pekerjaan perawatan meliputi melakukan pencegahan (memberi peringatan dan memberlakukan peraturan dan tata tertib bagi pengguna alat), menyimpan pada tempat yang benar, memelihara dan membersikan dari kotoran yang dapat merusak (debu dan uap air menyebabkan korosi, mengisolasi agar tidak hubung-singkat), memeriksa kondisi, menyetel kembali, mengganti komponen (sekring), dan memperbaiki kerusakan ringan.

Pekerjaan perawatan alat tidak hanya dilaksanakan ketika terjadi gangguan, tetapi sebaiknya dilakukan secara rotin terjadwal. Penjadwalan perawatan dilakukan berdasarkan rekomendasi pabrik pembuat alat mengenai cara kerja dan perawatan, berdasarkan pengalaman pengelola dan pengguna alat, bahwa suatu alat setelah digunakan beberapa kali kadang mengalami gangguan (seperti kabel putus, sekring putus, kepala ujung kabel mengecil), dan berdasarkan sifat operasi alat (setelah digunakan sekian kali bahan habis).


Perawatan Multimeter :

Hal yang wajib diperhatikan terkait dengan pekerjaan perawatan multimeter adalah menggunakan multimeter sebagaimana mestinya (mengetahui batas-batas kemampuannya) dan dengan prosedur yang benar. Pekerjaan perawatan multimeter tidak terlepas dari menjaganya agar terhindar dari kerusakan dan memiliki usia pemakaian yang lebih lama,
sehingga pertama kali yang harus dipikirkan pada setiap kali hendak menggunakan multimeter adalah menanyakan dan menindak-lanjuti

“Besaran apa yang akan diukur/dideteksi ?”. Selanjutnya menempatkan selektor (pemilih batas ukur) pada besaran yang dimaksud (tegangan ac atau dc, kuat arus, atau hambatan). Untuk menjaga atau menjamin agar multimeter (yang ada di lab kita) akurat hasil pengukurannya, aman bagi alat dan pemakai, terhindar dari kerusakan serta berumur panjang, maka hal-hal teknis yang perlu dilakukan adalah :

a.      Jangan menggunakannya pada rangkaian listrik yang melebihi 3 kVA.

b.      Jangan menggunakannya ketika casing-nya terbuka.

c.       Jangan dikenai masukan di luar  (melebihi) batas ukur yang diijinkan.

d.      Jangan digunakan pada jalur yang terhubung dengan peralatan yang menghasilkan tegangan induksi (seperti dinamo mobil).

e.      Jangan digunakan ketika multimeter atau kabel tes (probe) rusak.

f.        Pastikan menggunakan fuse yang diijinkan, jangan menghubung-singkatkan terminal ujung fuse, jangan menggati fuse sedemikian asal multimeter dapat beroperasi tanpa mempertimbangkan keamanannya.

g.      Selalu pertahankan jari-jari tangan pada pelindung jari (pegangan probe) ketika melakukan pengukuran.

h.      Sebelum memulai pengukuran, pastikan bahwa fungsi dan batas ukur multimeter pada keadaan yang cocok, sesuai dengan pengukuran itu.

i.        Jangan menggunakannya dengan tangan yang basah dan lingkungan tergenang.

j.        Jangan menggunakan probe (kabel tes) yang bukan spsifikasinya.

k.       Untuk menjamin keakuratan, periksa dan kalibrasilah multimeter itu skurang-kurangnya sekali dalam setahun.

l.        Pastikan hubungannya telah terputus dengan jaringan ketika pergantian fungsi dan batas ukur.

m.     Jangan membuka casing kecuali menggati baterei dan fuse atau melakukan perbaikan.
n.      Berilah perhatian khusus ketika mengukur tegangan ac 30 volt rms (42,2 volt puncak) dan dc 60 volt atau lebih.

o.      Letakkan batas ukur (selector) pada posisi OFF atau Volt-AC tertinggi ketika multimeter selesai digunakan.

p.      Simpanlah multimeter di tempat yang aman, tidak lembab (kering tidak panas) dan bebas debu. Suhu tidak lebih dari 55oC dan kelembaban maksimum 80 %.

q.      Jangan terlalu alam digunakan dalam ruangan yang lembab dan bersuhu tinggi.

r.        Ketika mengukur besaran yang sama sekali belum dapat diperkirakan besarnya, mulailah dengan batas ukur yang tertinggi, setelah pembacaan yang pertama, batas ukur dapat dipindah ke yang lebih kecil untuk mendapatkan pembacaan nilai besaran yang akurat.


Perawatan Osiloskop :

Sebagainama pada multimeter, hal yang wajib diperhatikan terkait dengan pekerjaan perawatan osiloskop adalah menggunakan osiloskop sebagaimana mestinya (mengetahui batas-batas kemampuannya) dan dengan prosedur yang benar. Pekerjaan perawatan osiloskop tidak terlepas dari menjaganya agar aman (bagi pemakai dan alat), terhindar dari kerusakan, tetap akurat dan memiliki usia pemakaian yang lebih lama, maka hal-hal teknis yang perlu dilakukan adalah :

a.      Jangan menggunakannya ketika casing-nya terbuka.

b.      Selalu digunakan pada jala-jala listrik yang memiliki 3 kabel (outlet 3 kabel) di mana salah satunya adalah kabel ground dengan grounding yang mantap.

c.       Jangan menghubungkan probe osiloskop dengan bagian yang panas.

d.      Jangan menutup lubang ventilasi osiloskop, dan ketika osiloskop digunakan, pastikan sirkulasi udara ventilasi tersebut lancar.

e.      Jangan mengenakan tegangan yang melebihi 400 volt dc atau p-p.
f.        Hindarkan dari terkena cahaya matahri langsung, kelmbaban dan suhu tinggi, getaran mekanik, serta medan magnet dan medan listrik kuat (motor, power supply besar, transformator).

g.      Dalam penggunaannya, ground pada probe harus selalu dekat dengan titik yang diukur/dideteksi (agar terhindar dari efek looping).

h.      Selalu memeriksa trace rotation, probe, dan ketepatan kalibrasi dengan cara yang benar.



Daftar Pustaka :

1.      Instruction Manual, BK Precision Models 2120B and 2125A 20 MHz Dual-Trace Oscilloscopes, Segovia Circle, Placentia.

2.      Instruction Manual, Sanwa YX-360TRD Multiterter, Sanwa Electric Instrumen Company Ltd., Tokyo, Japan.

3.      Operator’s Manual, Sunwa YX-360TR Multiterter.

Soenarto, dkk., 2002, Manajeman Perawatan Preventif Sarana dan Prasarana Pendidikan, Depdiknas, Jakarta.

Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Laboratorium

Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Laboratorium

            Upaya keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium melingkupi pengelolaan sebelum aktivitas kerja (pre-activity), saat kegiatan (in doing process) sampai dengan penanganan risiko (risk taking action). Ruang lingkup ini menjadi tanggung jawab guru, koordinator laboratorium dan laboran sekolah secara bersama. Meski tidak sedikit atau sederhana dan berpotensi menambah beban pekerjaan, namun tanggung jawab moral bagi terciptanya situasi atau lingkungan belajar yang nyaman dan member jaminan keselamatan bagi siswa adalah tujuan utama.
            a) Hal-Hal Mendasar Pra-Kerja
Hal-hal mendasar yang perlu diperhatikan sebagai persiapan kerja adalah:
1. Adanya kesepakatan (kontrak) tentang keselamatan bersama antara guru, siswa dan bila memungkinkan orang tua. Dalam hal ini, upayakan keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat aturan, prosedur, dan rencana tindakan darurat.
2. Sosialisasi prosedur keselamatan dan kebijakan regulasi lainnya melalui model atau poster.
3. Mengenal baik keberadaan sistem keamanan dan keselamatan kerja di sekolah, seperti jalur evakuasi/penyelamatan, letak pemadam api/kebakaran, instalasi air, dll.
4. Pengetahuan keberadaan tempat-tempat perlindungan, catatan atau peringatan penting, termasuk kontak darurat (polisi, RS, dokter, pemadam kebakaran, dll).
5. Pastikan bahwa seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan praktik di laboratorium terlindungi dari risiko kecelakaan, seperti panas, bahan kimia, proyektil logam, debu alergik, parasit, dll, dengan mengenakan pakaian dan alat pelindung.
6. Perhitungkan ukuran atau jumlah siswa (dalam kelompok) yang terlibat dalam aktivitas laboratorium secara proporsional. Hal ini juga perlu mempertimbangkan kapasitas ruang laboratorium dan sarana pendukung seperti meja, kursi atau alat-alat lab.
7. Pastikan ada larangan untuk tidak makan dan minum di dalam laboratorium (terlebih ketika kegiatan pengamatan, percobaan atau investigasi sedang berlangsung).
8. Jangan menyimpan bahan-bahan kimia dan biologis (termasuk spesimen) di dalam lemari penyimpan (lemari es) yang sama dengan penyimpan makanan.
9. Pastikan siswa memahami larangan minum menggunakan gelas/plastik yang digunakan untuk kegiatan.
10. Beri label (penanda) peralatan-peralatan dan bahan-bahan kimia, termasuk informasi tentang kandungan dan risiko-risikonya.
11. Simpan bahan-bahan kimia di tempat yang sesuai.
12. Pastikan siswa memahami bahwa bahan-bahan kimia tidak bisa/boleh dicampur hanya untuk bersenang-senang. Hal serupa juga berlaku untuk perangkat listrik atau yang menggunakan aliran listrik.
13.Hati-hati dalam penggunaan ekstensi kabel. Upayakan untuk tidak menggunakannya.
14. Pahami risiko bahaya baik dari bahan atau perangkat sebelum memulai aktivitas. Guru hendaknya melakukan preparasi sebelum siswa melaksanakan kegiatan laboratorium. Selain itu, juga lakukan pemeriksaan petunjuk keamanan kimia atau toksisitas.
15.Pastikan alat-alat dan perangkat laboratorium dalam keadaan baik sebelum digunakan.
16. Pastikan ketersediaan perangkat pertolongan pertama (P3K) untuk penanganan awal darurat.
17. Upayakan memeriksa kesehatan atau identifikasi kelainan kesehatan, seperti alergi, epilepsi, dll.
18. Perhatikan pakaian dan penampilan, seperti rambut panjang, sepatu atau sandal, dan pakaian. Selain itu, pergunakan alat-alat pelindung tubuh.
19. Pahami dan coba prosedur atau prinsip kerja berbagai alat, termasuk pengetahuan tentang kandungan zat bahan dan penanganannya.

b) Hal-Hal Pencegahan Kecelakaan saat Kerja
1. Awasi siswa dengan seksama selama kegiatan laboratorium. Strategi atau pendekatan pola pengawasan bisa diatur dalam kesepakatan atau kontrak belajar. Upayakan pendekatan yang dilakukan utamanya melalui pendekatan psiko-emosional.
2. Pastikan bahwa siswa telah membaca dan memahami prosedur kerja kegiatan/percobaan yang harus dilakukan.
3. Pastikan bahwa tangan siswa dan bagian tubuh lainnya dalam keadaan kering sebelum menyambungkan perangkat berlistrik.
4. Cegah kontaminasi dengan tidak mengembalikan sisa bahan kimia ke dalam tempat semula.
5. Pastikan limbah atau sampah, khususnya limbah B3, terbuang dengan aman sesuai klasifikasinya.
6. Penanganan segera segala bentuk kecelakaan.
7. Matikan gas dan peralatan listrik lainnya setelah selesai kegiatan.
8. Pastikan segera mencuci tangan atau bagian tubuh yang lain setelah kegiatan selesai.
9. Ingatkan siswa untuk mengembalikan kondisi lab dalam keadaan bersih dan nyaman kembali.
10. Pastikan semua manajemen kerja laboratorium diselesaikan secara baik, termasuk kebutuhan higien laboratorium dan diri siswa.
c) Penanganan/Pertolongan Pertama Kecelakaan Kerja
            Pertolongan pertama (First Aid) merupakan upaya penanganan segera terhadap kecelakaan untuk mencegah risiko bahaya yang lebih parah/besar, baik fisik maupun mental, terhadap si korban melalui tindakan medis mendasar. Pada dasarnya tindakan medis dasar ini bias diupayakan untuk dilakukan oleh orang awam. Hal-hal yang perlu
dilakukan untuk memberi tindakan pertolongan pertama adalah:
1) Bersiap tenang, tidak panik, dan berpikir jernih untuk menciptakan kondisi tenang dan nyaman bagi korban dan orang lain.
2) Melakukan identifikasi bahaya dan seleksi penanganan secara jernih melalui analisis gejala-gejala yang ada serta jenis obat atau penanganan yang tepat.
3)Memberikan bantuan penanganan sesegera mungkin secara tepat dan representatif termasuk menghubungi tenaga medis yang lebih berkompeten untuk penanganan yang lebih baik, atau segera mengirimkan korban ke rumah sakit.

Secara spesifik, tindakan penanganan terhadap kecelakaan dapat dilakukan untuk kasus-kasus kontaminasi bahan kimia, kebakaran, dan luka atau infeksi.
1) Kontaminasi bahan kimia, pada mata atau kulit.
Segera basuh mata dengan air jernih yang mengalir, minimal 15 menit atau sampai gejala risiko berkurang. Jangan gunakan obat yang tidak diyakini pengaruh klinisnya, sampai tenaga medic menangani.
2) Kebakaran yang mengenai kulit.
Bila minor, basuh dengan kapas basah dan beri krim pelembab pencegah iritasi. Bila mayor, jangan basuh dengan air, tetapi langsung lilit dengan kasa kering, dan upayakan korban tetap dalam keadaan hangat untuk menghindari syok.
Bila kebakaran terjadi pada baju kerja atau material lain, segera padamkan api dengan kain/selimut basah, busa pemadam, atau air pancuran.
3) Luka atau infeksi.

Bila luka minor dan darah mengucur, gunakan sarung tangan non-alergenik untuk mengendalikan pendarahan. Sekiranya ada luka yang terbuka, bersihkan dengan alkohol dan tutup dengan krim dan perban.


Sumber : http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309690/pengabdian/keselamatan-dan-kesehatan-kerja.pdf