Jumat, 26 Mei 2017

Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Laboratorium

Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Laboratorium

            Upaya keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium melingkupi pengelolaan sebelum aktivitas kerja (pre-activity), saat kegiatan (in doing process) sampai dengan penanganan risiko (risk taking action). Ruang lingkup ini menjadi tanggung jawab guru, koordinator laboratorium dan laboran sekolah secara bersama. Meski tidak sedikit atau sederhana dan berpotensi menambah beban pekerjaan, namun tanggung jawab moral bagi terciptanya situasi atau lingkungan belajar yang nyaman dan member jaminan keselamatan bagi siswa adalah tujuan utama.
            a) Hal-Hal Mendasar Pra-Kerja
Hal-hal mendasar yang perlu diperhatikan sebagai persiapan kerja adalah:
1. Adanya kesepakatan (kontrak) tentang keselamatan bersama antara guru, siswa dan bila memungkinkan orang tua. Dalam hal ini, upayakan keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat aturan, prosedur, dan rencana tindakan darurat.
2. Sosialisasi prosedur keselamatan dan kebijakan regulasi lainnya melalui model atau poster.
3. Mengenal baik keberadaan sistem keamanan dan keselamatan kerja di sekolah, seperti jalur evakuasi/penyelamatan, letak pemadam api/kebakaran, instalasi air, dll.
4. Pengetahuan keberadaan tempat-tempat perlindungan, catatan atau peringatan penting, termasuk kontak darurat (polisi, RS, dokter, pemadam kebakaran, dll).
5. Pastikan bahwa seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan praktik di laboratorium terlindungi dari risiko kecelakaan, seperti panas, bahan kimia, proyektil logam, debu alergik, parasit, dll, dengan mengenakan pakaian dan alat pelindung.
6. Perhitungkan ukuran atau jumlah siswa (dalam kelompok) yang terlibat dalam aktivitas laboratorium secara proporsional. Hal ini juga perlu mempertimbangkan kapasitas ruang laboratorium dan sarana pendukung seperti meja, kursi atau alat-alat lab.
7. Pastikan ada larangan untuk tidak makan dan minum di dalam laboratorium (terlebih ketika kegiatan pengamatan, percobaan atau investigasi sedang berlangsung).
8. Jangan menyimpan bahan-bahan kimia dan biologis (termasuk spesimen) di dalam lemari penyimpan (lemari es) yang sama dengan penyimpan makanan.
9. Pastikan siswa memahami larangan minum menggunakan gelas/plastik yang digunakan untuk kegiatan.
10. Beri label (penanda) peralatan-peralatan dan bahan-bahan kimia, termasuk informasi tentang kandungan dan risiko-risikonya.
11. Simpan bahan-bahan kimia di tempat yang sesuai.
12. Pastikan siswa memahami bahwa bahan-bahan kimia tidak bisa/boleh dicampur hanya untuk bersenang-senang. Hal serupa juga berlaku untuk perangkat listrik atau yang menggunakan aliran listrik.
13.Hati-hati dalam penggunaan ekstensi kabel. Upayakan untuk tidak menggunakannya.
14. Pahami risiko bahaya baik dari bahan atau perangkat sebelum memulai aktivitas. Guru hendaknya melakukan preparasi sebelum siswa melaksanakan kegiatan laboratorium. Selain itu, juga lakukan pemeriksaan petunjuk keamanan kimia atau toksisitas.
15.Pastikan alat-alat dan perangkat laboratorium dalam keadaan baik sebelum digunakan.
16. Pastikan ketersediaan perangkat pertolongan pertama (P3K) untuk penanganan awal darurat.
17. Upayakan memeriksa kesehatan atau identifikasi kelainan kesehatan, seperti alergi, epilepsi, dll.
18. Perhatikan pakaian dan penampilan, seperti rambut panjang, sepatu atau sandal, dan pakaian. Selain itu, pergunakan alat-alat pelindung tubuh.
19. Pahami dan coba prosedur atau prinsip kerja berbagai alat, termasuk pengetahuan tentang kandungan zat bahan dan penanganannya.

b) Hal-Hal Pencegahan Kecelakaan saat Kerja
1. Awasi siswa dengan seksama selama kegiatan laboratorium. Strategi atau pendekatan pola pengawasan bisa diatur dalam kesepakatan atau kontrak belajar. Upayakan pendekatan yang dilakukan utamanya melalui pendekatan psiko-emosional.
2. Pastikan bahwa siswa telah membaca dan memahami prosedur kerja kegiatan/percobaan yang harus dilakukan.
3. Pastikan bahwa tangan siswa dan bagian tubuh lainnya dalam keadaan kering sebelum menyambungkan perangkat berlistrik.
4. Cegah kontaminasi dengan tidak mengembalikan sisa bahan kimia ke dalam tempat semula.
5. Pastikan limbah atau sampah, khususnya limbah B3, terbuang dengan aman sesuai klasifikasinya.
6. Penanganan segera segala bentuk kecelakaan.
7. Matikan gas dan peralatan listrik lainnya setelah selesai kegiatan.
8. Pastikan segera mencuci tangan atau bagian tubuh yang lain setelah kegiatan selesai.
9. Ingatkan siswa untuk mengembalikan kondisi lab dalam keadaan bersih dan nyaman kembali.
10. Pastikan semua manajemen kerja laboratorium diselesaikan secara baik, termasuk kebutuhan higien laboratorium dan diri siswa.
c) Penanganan/Pertolongan Pertama Kecelakaan Kerja
            Pertolongan pertama (First Aid) merupakan upaya penanganan segera terhadap kecelakaan untuk mencegah risiko bahaya yang lebih parah/besar, baik fisik maupun mental, terhadap si korban melalui tindakan medis mendasar. Pada dasarnya tindakan medis dasar ini bias diupayakan untuk dilakukan oleh orang awam. Hal-hal yang perlu
dilakukan untuk memberi tindakan pertolongan pertama adalah:
1) Bersiap tenang, tidak panik, dan berpikir jernih untuk menciptakan kondisi tenang dan nyaman bagi korban dan orang lain.
2) Melakukan identifikasi bahaya dan seleksi penanganan secara jernih melalui analisis gejala-gejala yang ada serta jenis obat atau penanganan yang tepat.
3)Memberikan bantuan penanganan sesegera mungkin secara tepat dan representatif termasuk menghubungi tenaga medis yang lebih berkompeten untuk penanganan yang lebih baik, atau segera mengirimkan korban ke rumah sakit.

Secara spesifik, tindakan penanganan terhadap kecelakaan dapat dilakukan untuk kasus-kasus kontaminasi bahan kimia, kebakaran, dan luka atau infeksi.
1) Kontaminasi bahan kimia, pada mata atau kulit.
Segera basuh mata dengan air jernih yang mengalir, minimal 15 menit atau sampai gejala risiko berkurang. Jangan gunakan obat yang tidak diyakini pengaruh klinisnya, sampai tenaga medic menangani.
2) Kebakaran yang mengenai kulit.
Bila minor, basuh dengan kapas basah dan beri krim pelembab pencegah iritasi. Bila mayor, jangan basuh dengan air, tetapi langsung lilit dengan kasa kering, dan upayakan korban tetap dalam keadaan hangat untuk menghindari syok.
Bila kebakaran terjadi pada baju kerja atau material lain, segera padamkan api dengan kain/selimut basah, busa pemadam, atau air pancuran.
3) Luka atau infeksi.

Bila luka minor dan darah mengucur, gunakan sarung tangan non-alergenik untuk mengendalikan pendarahan. Sekiranya ada luka yang terbuka, bersihkan dengan alkohol dan tutup dengan krim dan perban.


Sumber : http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309690/pengabdian/keselamatan-dan-kesehatan-kerja.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar