Assalamu’alaikum wr wb ... oke baiklah para pembaca
blogspot sekalian..disini saya memaparkan penelitian terbaru tentang model pembelajaran dari jurnal yang berjudul :
Pengembangan
Model Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Graphic
Organizers
Melalui Belajar Kooperatif Tipe STAD
Oleh : Masril (Dosen Jurusan Fisika FMIPA UNP)
Salah satu sifat
umum yang ditemukan dalam graphic organizers adalah dapat menunjukkan
keteraturan dan kelengkapan proses pemikiran dan kemampuan yang dapat
menunjukkan kelemahan pengertian siswa dengan jelas. G-O ini sangat fleksibel
dalam penggunaannya terutama untuk membuat belajar lebih bermakna, maksudnya
siswa mampu menjelaskan gejala atau fenomena dalam kehidupan sehari-hari
menggunakan konsep-konsep fisika yang telah dipelajarinya.
Dalam kurikulum
yang berlaku sekarang, G-O ni sangat cocok diterapkan karena fungsinya sangat
banyak seperti yang dikemukakan oleh Meyer (1995), yaitu sebagai:
• brainstorm
ideas.
• develop,
organize, and communicate ideas.
• see
connections, patterns, and relationships.
• assess and
share prior knowledge.
• develop
vocabulary.
• outline for
writing process activities.
• highlight
important ideas.
• classify or
categorize concepts, ideas, and information.
• comprehend
the events in a story or book.
• improve
social interaction between students, and facilitate group work and
collaboration among peers.
• guide review
and study.
• improve
reading comprehension skills and strategies.
• facilitate
recall and retention.
• Evaluation
Sutrisno (2002),
merekomendasikan dalam penelitiannya bahwa grapic organizer dapat digunakan
baik oleh siswa maupun oleh guru. Siswa hendaknya menggunakan grapic organizer
untuk mempersiapkan ringkasan (brieft) sebelum masuk kelas, untuk membuat
catatan dan untuk mempersiapkan ujian. Guru seharusnya menggunakan graphic
organizer untuk membuka pengajaran, menjelaskan pelajaran, menyimpulkan
pelajaran dan mendiagnosa kesulitan belajar siswa.
Untuk
mengoptimalkan penggunaan graphics organizer ini, diperlukan pembelajaran
yang bernuansa kolaborasi karena kolaborasi dapat mengakomodasi keragaman
peserta didik dan akan menghasilkan sinergi yang pada akhirnya bermuara pada
proses dan produk belajar yang optimal (Dunlap & Grabinger, 1996).
Salah satu
bentuk pembelajaran yang memiliki aspek kolaborasi adalah pembelajaran yang
berorientasi model belajar kooperatif (Bennett, et al., 1991; Dunlap &
Grabinger, 1996; Slavin ; 1995). Pembelajaran kooperatif sangat diperlukan
dalam pembelajaran fisika. Bekerja secara kooperatif menyediakan peluang pada
siswa untuk lebih mungkin dapat memecahkan masalah kompleks yang seringkali
tidak akan mereka capai bila bekerja sendirian.
Dalam
pembelajaran kooperatif banyak tipe yang digunakan salah satu diantaranya
adalah tipe kooperatif Student Team-Achievement Divisions (STAD) yang
memiliki landasan konseptual menurut psikologi behavioristik (Jacob, et al.,
1996). Teknik STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin (Slavin, 1995). Praktek-praktek kerja kelompok
kooperatif STAD cenderung bersifat kompetitif. Tipe kooperatif STAD memiliki
ciri-ciri (Jacob, et al., 1996): (1) lebih menekankan motivasi ekstrinsik, (2)
tugas-tugas pada tataran kognitif rendah, (3) memandang semua siswa secara
seragam, (4) mengabaikan sikap dan hasil belajar diukur dengan tes obyektif,
(5) berorientasi pada hasil, (6) guru mnemutuskan apa yang akan dipelajari
siswa dan memberikan informasi untuk dipelajari pula oleh siswa. Berdasarkan
ciri-ciri STAD di atas memungkinkan akan berdampak pada proses belajar dan
hasil belajar karena : (1) pengetahuan sains bersifat tidak tetap, (2)
kebebasan adalah unsur utama dalam belajar sains, (3) belajar sains melibatkan
pendekatan mind-on dan hand-on, (4) belajar sains menghendaki kerja siswa
secara kolaboratif, (5) belajar sains tidak terlepas dari dunia nyata; maka
dapat diduga bahwa tipe STAD akan memberikan dampak positif terhadap hasil
belajar IPA.
KESIMPULAN:
Berdasarkan hasil
penelitian dan analisis yang telah diungkapakan, maka dapat diambil kesimpulan
:
1. Berdasarkan uji validasi model kepada pakar dan guru-guru
Fisika SMA, secara umum model
pembelajaran Graphic Organizers yang dirancang sudah menunjukkan
rancangan model yang baik karena para evaluator memberikan penilaian yang berkategori
baik dengan persentase besar dari 50%. Namun demikian dalam pengembangan model
perlu diperhatikan saran-saran dari evaluator.
2. Hasil uji terbatas model pada siswa SMA
diperoleh hasil kelas eksperimen yang diajar menggunakan graphic organizers lebih
tinggi dari kelas control yang diajar dengan tidak menggunkan graphic
organizers. Hal ini berarti model Graphic Organizers yang
dikembangkan lebih efektif digunakan untuk menambah pemahaman siswa dalam
mempelajari konsep-konsep Fisika.
Sumber Referensi:
Masril,2009,’ Pengembangan Model Pembelajaran Fisika SMA
Berbasis Graphic Organizers Melalui Belajar Kooperatif Tipe STAD’,Jurnal Pendidikan Fisika,vol.1,no.1,hh1-14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar