Semoga bermanfaat yaa :))
Selasa, 28 November 2017
STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Berikut adalah link untuk referensi tentang standar-standar pengelolaan pendidikan
PPT STRATEGI PEMBELAJARAN HEURISTIK
Assalamu'alaikum..
Ini ppt dari saya tentang Strategi Pembelajaran Heuristik
Silahkan klik link berikut https://drive.google.com/file/d/1kAoDsZ9151bkH4fs7gSOabnx9Nairv6J/view?usp=sharing
Semoga bermanfaat :))
Wassalamu'alaikum..
Ini ppt dari saya tentang Strategi Pembelajaran Heuristik
Silahkan klik link berikut https://drive.google.com/file/d/1kAoDsZ9151bkH4fs7gSOabnx9Nairv6J/view?usp=sharing
Semoga bermanfaat :))
Wassalamu'alaikum..
PPT PENGELOLAAN SATUAN KELAS
Assalamu'alaikum..
Ini ppt dari kelompok kami yang berjudul pengelolaan satuan kelas
Ini ppt dari kelompok kami yang berjudul pengelolaan satuan kelas
Klik link berikut untuk diunduh https://drive.google.com/file/d/1OK04BEst7y2R_FM-dZoBW8tDnHPHoe5P/view?usp=sharing
Semoga bermanfaat :))
Wassalamu'alaikum..
Peningkatan Profesionalisme Pengelola Pendidikan dan Pelatihan Guna Menghasilkan Output yang Kompeten dan Profesional
Assalamu’alaikum...wr.wb.
Halooooo para blogspot sekaliaann,disini saya akan memaparkan penelitian terbaru tentang pengelolaan pendidikan dari jurnal yang berjudul :
Halooooo para blogspot sekaliaann,disini saya akan memaparkan penelitian terbaru tentang pengelolaan pendidikan dari jurnal yang berjudul :
Peningkatan
Profesionalisme Pengelola Pendidikan dan Pelatihan Guna Menghasilkan Output
yang Kompeten dan Profesional
Oleh : Agung Basuki
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam
mewujudkan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan tujuan dan
sasaran pendidikan dan pelatihan yang efektif dan efisien adalah pengangkatan
Pejabat yang tidak memperhatikan persyaratan teknis seperti yang diamanatkan
dalam peraturan di atas.
Dampak
Dampak yang muncul dari permasalahan di
atas, antara lain : pencapaian sasaran organisasi tidak efektif, terjadi
pemborosan uang negara karena membayar tunjangan jabatan yang ternyata tidak menjamin bahwa tupoksi
akan dilaksanakan dengan baik dan juga pemborosan karena pelaksanaan program
pendidikan dan pelatihan tidak mencapai sasaran yang diinginkan.
Solusi
Dari
permasalahan dan dampak yang muncul, maka ada beberapa alternatif solusi yang
bisa dilaksanakan, antara lain :
a. Para pejabat yang diangkat
yang tidak sesuai latar belakang pendidikan dan atau bukan pejabat karier harus
mempelajari memahami tugas pokok, fungsi tanggungjawab dan kewenangan
jabatannya dengan sebaik-baiknya;
b. Melakukan Koordinasi,
konsultasi dan komunikasi serta melakukan kerja sama dengan seluruh Bidang dan
Sekretariat yang ada di lembaga pendidikan dan pelatihan, terutama dengan
staf/pejabat karir yang sudah memahami dan menguasai tugas pokok dan fungsi
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan;
c. Mengikuti pendidikan dan
pelatihan teknis yang terkait dengan persyaratan untuk menduduki jabatan
tersebut, dalam hal ini mengikuti pendidikan dan pelatihan penyelenggaraa
pendidikan dan pelatihan (Management Of Training/MOT) dan pendidikan dan
pelatihan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD).
d.
Merekomendasikan kepada pejabat yang berwenang dalam mutasi pegawai agar tidak
memutasikan pegawai yang telah dididik dan memiliki kompetensi sebagai
pengelola pendidikan dan pelatihan dalam jangka waktu tertentu.
Kesimpulan
Sebagai
kesimpulan dari pembahasan tentang peningkatan profesionalisme pengelola
pendidikan dan pelatihan ini adalah:
1. Tujuan Penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan adalah meningkatkan kompetensi dan profesinalitas
sumber daya manusia aparatur;
2. Penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan akan dapat mencapai tujuannya jika dikelola oleh pejabat
professional;
3.
Pengelola pendidikan dan pelatihan menjadi professional jika pejabat yang
diangkat menjadi pengelola pendidikan dan pelatihan berlatar belakang
pendidikan dalam bidang kediklatan;
Peningkatan profesionalitas pengelola
pendidikan dan pelatihan akan terwujud jika mampu menempuh beberapa langkah sebagai
berikut: melakukan koordinasi, konsultasi dan komunikasi serta melakukan kerja
sama dengan seluruh Bidang dan Sekretariat yang ada di lembaga pendidikan dan
pelatihan; Mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis yang terkait dengan
persyaratan untuk menduduki jabatan tersebut, dalam hal ini mengikuti
pendidikan dan pelatihan penyelenggaraa pendidikan dan pelatihan (Management
Of Training/MOT) dan pendidikan dan pelatihan Analisis Kebutuhan Diklat
(AKD).
Sumber
Referensi :
Basuki,Agung
2014,’Peningkatan Profesionalisme Pengelola Pendidikan dan Pelatihan Guna
Menghasilkan Output yang Kompeten dan Profesional’,Jurnal Lingkar Widyaiswara,vol.1,no.1.
Minggu, 12 November 2017
Peningkatan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Assalamu’alaikum...wr.wb.
Halooooo para blogspot sekaliaann,disini saya akan memaparkan penelitian terbaru tentang pengelolaan pendidikan dari jurnal yang berjudul :
Halooooo para blogspot sekaliaann,disini saya akan memaparkan penelitian terbaru tentang pengelolaan pendidikan dari jurnal yang berjudul :
‘Peningkatan Pengelolaan Sarana dan
Prasarana Pendidikan untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMPN 5
Bukittinggi’
Oleh : Rika Megasari
Pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal
bagi terjadinya proses
pembelajaran. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka dalam kegiatan
belajar mengajar diperlukan usaha pengelolaan dalam sarana dan prasarana pendidikan. Sebagai indikator
berhasil atau tidaknya proses
pencapaian suatu tujuan pendidikan. Antara lain dipengaruhi oleh pengelolaan sarana dan prasarana
sekolah oleh pihak sekolah.
Sarana
pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana
pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pendidikan sekolah menurut Drs.Daryanto dan Drs.
Mohammad Farid, MT (2013:106). Contoh dari sarana pendidikan adalah spidol,
kertas, kursi, meja, komputer dan lain-lain. Sedangkan
contoh dari prasarana pendidikan
seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang
labor, WC, kantin sekolah, ruang UKS,
lapangan sekolah dan lain sebagainya.
Pada
dasarnya pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan pada suatu lembaga
pendidikan seperti sekolah harus meliputi beberapa hal yang harus dilakukan
yaitu :
Perencanaan
Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Pengadaan
Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Penggunaan atau
Pemanfaatan Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Pemeliharaan
Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Pengawasan
Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Inventarisasi
Sarana Dan Prasarana Pendidikan.
Penghapusan
Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Kesimpulan
Pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan itu sangat penting untuk dikelola dengan baik. Sarana dan prasarana
merupakan salah satu sumber daya pendidikan
yang perlu dan sangat penting dikelola dengan baik serta merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari manajemen pendidikan. Seperti gedung, tanah, perlengkapan
administrasi sampai pada sarana yang digunakan langsung dalam proses belajar
mengajar di kelas. Fungsi pengelolaan sarana dan prasaranasangat mendasar
sekali dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, menciptakan iklim sosio emosional
dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilanguru dalam menciptakan
kondisi yang memungkinkan, indikator proses belajar mengajar berlangsung
secara efektif.
Dari
Uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa di SMPN 5 Bukittinggi
pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
yang dibatasi pada pengelolaan, pengadaan, pemanfaatan dan pemeliharaan sudah
berjalan. Namun di sekolah ini pelaksanaannya belum optimal. Padahal
sarana dan prasarana pendidikan itu sangat penting untuk penunjang kegiatan
belajar mengajar.
Sumber Referensi :
Megasari,Rika
2014, ‘Peningkatan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMPN 5 Bukittinggi’,
Jurnal Administrasi Pendidikan,vol.2,no.1.
Sabtu, 11 November 2017
Model Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Graphic Organizers
Assalamu’alaikum wr wb ... oke baiklah para pembaca
blogspot sekalian..disini saya memaparkan penelitian terbaru tentang model pembelajaran dari jurnal yang berjudul :
Pengembangan
Model Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Graphic
Organizers
Melalui Belajar Kooperatif Tipe STAD
Oleh : Masril (Dosen Jurusan Fisika FMIPA UNP)
Salah satu sifat
umum yang ditemukan dalam graphic organizers adalah dapat menunjukkan
keteraturan dan kelengkapan proses pemikiran dan kemampuan yang dapat
menunjukkan kelemahan pengertian siswa dengan jelas. G-O ini sangat fleksibel
dalam penggunaannya terutama untuk membuat belajar lebih bermakna, maksudnya
siswa mampu menjelaskan gejala atau fenomena dalam kehidupan sehari-hari
menggunakan konsep-konsep fisika yang telah dipelajarinya.
Dalam kurikulum
yang berlaku sekarang, G-O ni sangat cocok diterapkan karena fungsinya sangat
banyak seperti yang dikemukakan oleh Meyer (1995), yaitu sebagai:
• brainstorm
ideas.
• develop,
organize, and communicate ideas.
• see
connections, patterns, and relationships.
• assess and
share prior knowledge.
• develop
vocabulary.
• outline for
writing process activities.
• highlight
important ideas.
• classify or
categorize concepts, ideas, and information.
• comprehend
the events in a story or book.
• improve
social interaction between students, and facilitate group work and
collaboration among peers.
• guide review
and study.
• improve
reading comprehension skills and strategies.
• facilitate
recall and retention.
• Evaluation
Sutrisno (2002),
merekomendasikan dalam penelitiannya bahwa grapic organizer dapat digunakan
baik oleh siswa maupun oleh guru. Siswa hendaknya menggunakan grapic organizer
untuk mempersiapkan ringkasan (brieft) sebelum masuk kelas, untuk membuat
catatan dan untuk mempersiapkan ujian. Guru seharusnya menggunakan graphic
organizer untuk membuka pengajaran, menjelaskan pelajaran, menyimpulkan
pelajaran dan mendiagnosa kesulitan belajar siswa.
Untuk
mengoptimalkan penggunaan graphics organizer ini, diperlukan pembelajaran
yang bernuansa kolaborasi karena kolaborasi dapat mengakomodasi keragaman
peserta didik dan akan menghasilkan sinergi yang pada akhirnya bermuara pada
proses dan produk belajar yang optimal (Dunlap & Grabinger, 1996).
Salah satu
bentuk pembelajaran yang memiliki aspek kolaborasi adalah pembelajaran yang
berorientasi model belajar kooperatif (Bennett, et al., 1991; Dunlap &
Grabinger, 1996; Slavin ; 1995). Pembelajaran kooperatif sangat diperlukan
dalam pembelajaran fisika. Bekerja secara kooperatif menyediakan peluang pada
siswa untuk lebih mungkin dapat memecahkan masalah kompleks yang seringkali
tidak akan mereka capai bila bekerja sendirian.
Dalam
pembelajaran kooperatif banyak tipe yang digunakan salah satu diantaranya
adalah tipe kooperatif Student Team-Achievement Divisions (STAD) yang
memiliki landasan konseptual menurut psikologi behavioristik (Jacob, et al.,
1996). Teknik STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin (Slavin, 1995). Praktek-praktek kerja kelompok
kooperatif STAD cenderung bersifat kompetitif. Tipe kooperatif STAD memiliki
ciri-ciri (Jacob, et al., 1996): (1) lebih menekankan motivasi ekstrinsik, (2)
tugas-tugas pada tataran kognitif rendah, (3) memandang semua siswa secara
seragam, (4) mengabaikan sikap dan hasil belajar diukur dengan tes obyektif,
(5) berorientasi pada hasil, (6) guru mnemutuskan apa yang akan dipelajari
siswa dan memberikan informasi untuk dipelajari pula oleh siswa. Berdasarkan
ciri-ciri STAD di atas memungkinkan akan berdampak pada proses belajar dan
hasil belajar karena : (1) pengetahuan sains bersifat tidak tetap, (2)
kebebasan adalah unsur utama dalam belajar sains, (3) belajar sains melibatkan
pendekatan mind-on dan hand-on, (4) belajar sains menghendaki kerja siswa
secara kolaboratif, (5) belajar sains tidak terlepas dari dunia nyata; maka
dapat diduga bahwa tipe STAD akan memberikan dampak positif terhadap hasil
belajar IPA.
KESIMPULAN:
Berdasarkan hasil
penelitian dan analisis yang telah diungkapakan, maka dapat diambil kesimpulan
:
1. Berdasarkan uji validasi model kepada pakar dan guru-guru
Fisika SMA, secara umum model
pembelajaran Graphic Organizers yang dirancang sudah menunjukkan
rancangan model yang baik karena para evaluator memberikan penilaian yang berkategori
baik dengan persentase besar dari 50%. Namun demikian dalam pengembangan model
perlu diperhatikan saran-saran dari evaluator.
2. Hasil uji terbatas model pada siswa SMA
diperoleh hasil kelas eksperimen yang diajar menggunakan graphic organizers lebih
tinggi dari kelas control yang diajar dengan tidak menggunkan graphic
organizers. Hal ini berarti model Graphic Organizers yang
dikembangkan lebih efektif digunakan untuk menambah pemahaman siswa dalam
mempelajari konsep-konsep Fisika.
Sumber Referensi:
Masril,2009,’ Pengembangan Model Pembelajaran Fisika SMA
Berbasis Graphic Organizers Melalui Belajar Kooperatif Tipe STAD’,Jurnal Pendidikan Fisika,vol.1,no.1,hh1-14.
MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN MELALUI OUTDOOR-INQUIRY
Assalamu’alaikum
wr wb ... oke baiklah para pembaca blogspot sekalian..disini saya memaparkan penelitian
terbaru tentang model pembelajaran dari tesis yang berjudul :
PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN MELALUI OUTDOOR-INQUIRY UNTUK MENUMBUHKAN
KEBIASAAN BEKERJA ILMIAH
Oleh : Budi
Susetyo (NIM 4001506042)
Menurut
Budi Susetyo(2008,h.7) Model
Pembelajaran Outdoor-inquiry adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan di luar
ruangan (outdoor) untuk menemukan
(inquiry) konsep, hukum
dan teori fisika.
Adapun
komponen berpikir dan bertindak ilmiah pada penelitian ini terdiri dari: kegiatan inkuiri ilmiah (learning
to do) yang
terbimbing sampai diperoleh jawaban dari suatu masalah (learning to
know) yang
dilakukan secara kolaboratif (learning live together) dan diharapkan siswa menjadi terbiasa
berpikir dan bekerja seperti apa yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan (learning
to be).
Adapun
objek dari pembelajaran fisika di luar ruangan (outdoor
physics) adalah benda-benda yang ada di alam
(buatan atau alami) yang dapat merefleksikan prinsip-prinsip, hukum dan teori fisika. Sehingga pengalaman
berpikir, menggunakan peralatan fisika dan benda-benda lain, pandangan siswa
tentang dunia ilmiah,kemampuan serta sikap siswa terhadap fisika dapat ditingkatkan (Popov, 2006).
Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian
pengembangan perangkat pembelajaran berbasis
empat pilar pendidikan melalui outdoor-inkuiri pada pembelajaran Fisika SMA, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut.
Pengembangan perangkat
pembelajaran berupa RPP, LKS dan Buku Guru dapat dilakukan dengan ujicoba bertingkat secara individu,
kelompok kecil dan
kelompok besar.
Penerapan perangkat yang
dikembangkan dapat menumbuhkan kebiasaan bekerja ilmiah dengan profil ketrampilan proses sains siswa
(learning to do) meningkat
pada pelaksanaan LKS 01, LKS 02 dan LKS 03 dengan gain 0,29 (katagori rendah) dan
0,38 (katagori sedang). Pemahaman konsep siswa (learning to know)
meningkat pada pelaksanaan LKS 01, LKS 02 dengan gain 0,10 (katagori rendah) tetapi menurun
pada pelaksanaan LKS 03 dengan gain -0,.09 (katagori rendah). Kemampuan
bekerja kelompok siswa (learning to live together) meningkat pada pelaksanaan LKS
01, LKS 02 dan LKS 03 dengan gain 0,14 (katagori rendah) dan 0,50 (katagori
sedang). Kecenderungan peningkatan skor pada ketiga pilar, yaitu learning to do,
learning to know, dan learning to live together,
menunjukan adanya kecenderungan
bahwa learning to be mulai tumbuh.
Respon sikap siswa terhadap model
pembelajaran fisika berbasis empat pilar pendidikan melalui outdoor-inkuiri secara umum baik
dan sangat baik.
Sumber
Referensi :
Susetyo,Budi 2008,’Pengembangan
Model Pembelajaran Fisika Berbasis Empat Pilar Pendidikan Melalui Outdoor-Inquiry
Untuk Menumbuhkan Kebiasaan Bekerja Ilmiah’,tesis MBA, Universitas Negeri Semarang.
Langganan:
Postingan (Atom)