Selasa, 28 November 2017

PPT STRATEGI PEMBELAJARAN HEURISTIK

Assalamu'alaikum..
Ini ppt dari saya tentang Strategi Pembelajaran Heuristik
Silahkan klik link berikut https://drive.google.com/file/d/1kAoDsZ9151bkH4fs7gSOabnx9Nairv6J/view?usp=sharing
Semoga bermanfaat :))
Wassalamu'alaikum..

PPT PENGELOLAAN SATUAN KELAS

Assalamu'alaikum..
Ini ppt dari kelompok kami yang berjudul pengelolaan satuan kelas
Semoga bermanfaat :))
Wassalamu'alaikum..

Peningkatan Profesionalisme Pengelola Pendidikan dan Pelatihan Guna Menghasilkan Output yang Kompeten dan Profesional

Assalamu’alaikum...wr.wb.
Halooooo para blogspot sekaliaann,disini saya akan memaparkan penelitian terbaru tentang pengelolaan pendidikan dari jurnal yang berjudul :

Peningkatan Profesionalisme Pengelola Pendidikan dan Pelatihan Guna Menghasilkan Output yang Kompeten dan Profesional
Oleh : Agung Basuki

Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam mewujudkan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pendidikan dan pelatihan yang efektif dan efisien adalah pengangkatan Pejabat yang tidak memperhatikan persyaratan teknis seperti yang diamanatkan dalam peraturan di atas.

Dampak
Dampak yang muncul dari permasalahan di atas, antara lain : pencapaian sasaran organisasi tidak efektif, terjadi pemborosan uang negara karena membayar tunjangan jabatan yang ternyata tidak menjamin bahwa tupoksi akan dilaksanakan dengan baik dan juga pemborosan karena pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan tidak mencapai sasaran yang diinginkan.

Solusi
Dari permasalahan dan dampak yang muncul, maka ada beberapa alternatif solusi yang bisa dilaksanakan, antara lain :
a. Para pejabat yang diangkat yang tidak sesuai latar belakang pendidikan dan atau bukan pejabat karier harus mempelajari memahami tugas pokok, fungsi tanggungjawab dan kewenangan jabatannya dengan sebaik-baiknya;
b. Melakukan Koordinasi, konsultasi dan komunikasi serta melakukan kerja sama dengan seluruh Bidang dan Sekretariat yang ada di lembaga pendidikan dan pelatihan, terutama dengan staf/pejabat karir yang sudah memahami dan menguasai tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan;
c. Mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis yang terkait dengan persyaratan untuk menduduki jabatan tersebut, dalam hal ini mengikuti pendidikan dan pelatihan penyelenggaraa pendidikan dan pelatihan (Management Of Training/MOT) dan pendidikan dan pelatihan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD).
d. Merekomendasikan kepada pejabat yang berwenang dalam mutasi pegawai agar tidak memutasikan pegawai yang telah dididik dan memiliki kompetensi sebagai pengelola pendidikan dan pelatihan dalam jangka waktu tertentu.


Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dari pembahasan tentang peningkatan profesionalisme pengelola pendidikan dan pelatihan ini adalah:
1. Tujuan Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan adalah meningkatkan kompetensi dan profesinalitas sumber daya manusia aparatur;
2. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan akan dapat mencapai tujuannya jika dikelola oleh pejabat professional;
3. Pengelola pendidikan dan pelatihan menjadi professional jika pejabat yang diangkat menjadi pengelola pendidikan dan pelatihan berlatar belakang pendidikan dalam bidang kediklatan;

Peningkatan profesionalitas pengelola pendidikan dan pelatihan akan terwujud jika mampu menempuh beberapa langkah sebagai berikut: melakukan koordinasi, konsultasi dan komunikasi serta melakukan kerja sama dengan seluruh Bidang dan Sekretariat yang ada di lembaga pendidikan dan pelatihan; Mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis yang terkait dengan persyaratan untuk menduduki jabatan tersebut, dalam hal ini mengikuti pendidikan dan pelatihan penyelenggaraa pendidikan dan pelatihan (Management Of Training/MOT) dan pendidikan dan pelatihan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD).

Sumber Referensi :
Basuki,Agung 2014,’Peningkatan Profesionalisme Pengelola Pendidikan dan Pelatihan Guna Menghasilkan Output yang Kompeten dan Profesional’,Jurnal Lingkar Widyaiswara,vol.1,no.1.


Minggu, 12 November 2017

Peningkatan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

Assalamu’alaikum...wr.wb.
Halooooo para blogspot sekaliaann,disini saya akan memaparkan penelitian terbaru tentang pengelolaan pendidikan dari jurnal yang berjudul :

‘Peningkatan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMPN 5 Bukittinggi’
Oleh : Rika Megasari

Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan usaha pengelolaan dalam sarana dan prasarana pendidikan. Sebagai indikator berhasil atau tidaknya proses pencapaian suatu tujuan pendidikan. Antara lain dipengaruhi oleh pengelolaan sarana dan prasarana sekolah oleh pihak sekolah.
Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan sekolah menurut Drs.Daryanto dan Drs. Mohammad Farid, MT (2013:106). Contoh dari sarana pendidikan adalah spidol, kertas, kursi, meja, komputer dan lain-lain. Sedangkan
contoh dari prasarana pendidikan seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang
labor, WC, kantin sekolah, ruang UKS, lapangan sekolah dan lain sebagainya.
Pada dasarnya pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan pada suatu lembaga pendidikan seperti sekolah harus meliputi beberapa hal yang harus dilakukan yaitu :
Perencanaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Penggunaan atau Pemanfaatan Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Pengawasan Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Inventarisasi Sarana Dan Prasarana Pendidikan.
Penghapusan Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Kesimpulan
Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan itu sangat penting untuk dikelola dengan baik. Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya pendidikan yang perlu dan sangat penting dikelola dengan baik serta merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manajemen pendidikan. Seperti gedung, tanah, perlengkapan administrasi sampai pada sarana yang digunakan langsung dalam proses belajar mengajar di kelas. Fungsi pengelolaan sarana dan prasaranasangat mendasar sekali dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilanguru dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikator proses belajar mengajar berlangsung secara efektif.
Dari Uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa di SMPN 5 Bukittinggi pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dibatasi pada pengelolaan, pengadaan, pemanfaatan dan pemeliharaan sudah berjalan. Namun di sekolah ini pelaksanaannya belum optimal. Padahal sarana dan prasarana pendidikan itu sangat penting untuk penunjang kegiatan belajar mengajar.

Sumber Referensi :
Megasari,Rika 2014, ‘Peningkatan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMPN 5 Bukittinggi’, Jurnal Administrasi Pendidikan,vol.2,no.1.

Sabtu, 11 November 2017

Model Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Graphic Organizers

Assalamu’alaikum wr wb ... oke baiklah para pembaca blogspot sekalian..disini saya memaparkan penelitian terbaru tentang model  pembelajaran dari jurnal yang berjudul :

Pengembangan Model Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Graphic
Organizers Melalui Belajar Kooperatif Tipe STAD
Oleh :  Masril (Dosen Jurusan Fisika FMIPA UNP)

Salah satu sifat umum yang ditemukan dalam graphic organizers adalah dapat menunjukkan keteraturan dan kelengkapan proses pemikiran dan kemampuan yang dapat menunjukkan kelemahan pengertian siswa dengan jelas. G-O ini sangat fleksibel dalam penggunaannya terutama untuk membuat belajar lebih bermakna, maksudnya siswa mampu menjelaskan gejala atau fenomena dalam kehidupan sehari-hari menggunakan konsep-konsep fisika yang telah dipelajarinya.
Dalam kurikulum yang berlaku sekarang, G-O ni sangat cocok diterapkan karena fungsinya sangat banyak seperti yang dikemukakan oleh Meyer (1995), yaitu sebagai:
• brainstorm ideas.
• develop, organize, and communicate ideas.
• see connections, patterns, and relationships.
• assess and share prior knowledge.
• develop vocabulary.
• outline for writing process activities.
• highlight important ideas.
• classify or categorize concepts, ideas, and information.
• comprehend the events in a story or book.
• improve social interaction between students, and facilitate group work and collaboration among peers.
• guide review and study.
• improve reading comprehension skills and strategies.
• facilitate recall and retention.
• Evaluation
Sutrisno (2002), merekomendasikan dalam penelitiannya bahwa grapic organizer dapat digunakan baik oleh siswa maupun oleh guru. Siswa hendaknya menggunakan grapic organizer untuk mempersiapkan ringkasan (brieft) sebelum masuk kelas, untuk membuat catatan dan untuk mempersiapkan ujian. Guru seharusnya menggunakan graphic organizer untuk membuka pengajaran, menjelaskan pelajaran, menyimpulkan pelajaran dan mendiagnosa kesulitan belajar siswa.
Untuk mengoptimalkan penggunaan graphics organizer ini, diperlukan pembelajaran yang bernuansa kolaborasi karena kolaborasi dapat mengakomodasi keragaman peserta didik dan akan menghasilkan sinergi yang pada akhirnya bermuara pada proses dan produk belajar yang optimal (Dunlap & Grabinger, 1996).
Salah satu bentuk pembelajaran yang memiliki aspek kolaborasi adalah pembelajaran yang berorientasi model belajar kooperatif (Bennett, et al., 1991; Dunlap & Grabinger, 1996; Slavin ; 1995). Pembelajaran kooperatif sangat diperlukan dalam pembelajaran fisika. Bekerja secara kooperatif menyediakan peluang pada siswa untuk lebih mungkin dapat memecahkan masalah kompleks yang seringkali tidak akan mereka capai bila bekerja sendirian.
Dalam pembelajaran kooperatif banyak tipe yang digunakan salah satu diantaranya adalah tipe kooperatif Student Team-Achievement Divisions (STAD) yang memiliki landasan konseptual menurut psikologi behavioristik (Jacob, et al., 1996). Teknik STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (Slavin, 1995). Praktek-praktek kerja kelompok kooperatif STAD cenderung bersifat kompetitif. Tipe kooperatif STAD memiliki ciri-ciri (Jacob, et al., 1996): (1) lebih menekankan motivasi ekstrinsik, (2) tugas-tugas pada tataran kognitif rendah, (3) memandang semua siswa secara seragam, (4) mengabaikan sikap dan hasil belajar diukur dengan tes obyektif, (5) berorientasi pada hasil, (6) guru mnemutuskan apa yang akan dipelajari siswa dan memberikan informasi untuk dipelajari pula oleh siswa. Berdasarkan ciri-ciri STAD di atas memungkinkan akan berdampak pada proses belajar dan hasil belajar karena : (1) pengetahuan sains bersifat tidak tetap, (2) kebebasan adalah unsur utama dalam belajar sains, (3) belajar sains melibatkan pendekatan mind-on dan hand-on, (4) belajar sains menghendaki kerja siswa secara kolaboratif, (5) belajar sains tidak terlepas dari dunia nyata; maka dapat diduga bahwa tipe STAD akan memberikan dampak positif terhadap hasil belajar IPA.

KESIMPULAN:
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah diungkapakan, maka dapat diambil kesimpulan :
1. Berdasarkan uji validasi model kepada pakar dan guru-guru Fisika SMA, secara umum model pembelajaran Graphic Organizers yang dirancang sudah menunjukkan rancangan model yang baik karena para evaluator memberikan penilaian yang  berkategori baik dengan persentase besar dari 50%. Namun demikian dalam pengembangan model perlu diperhatikan saran-saran dari evaluator.
2. Hasil uji terbatas model pada siswa SMA diperoleh hasil kelas eksperimen yang diajar menggunakan graphic organizers lebih tinggi dari kelas control yang diajar dengan tidak menggunkan graphic organizers. Hal ini berarti model Graphic Organizers yang dikembangkan lebih efektif digunakan untuk menambah pemahaman siswa dalam mempelajari konsep-konsep Fisika.

Sumber Referensi:
 Masril,2009,’ Pengembangan Model Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Graphic Organizers Melalui Belajar Kooperatif Tipe STAD’,Jurnal Pendidikan Fisika,vol.1,no.1,hh1-14.




MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN MELALUI OUTDOOR-INQUIRY

Assalamu’alaikum wr wb ... oke baiklah para pembaca blogspot sekalian..disini saya memaparkan penelitian terbaru tentang model  pembelajaran dari tesis yang berjudul :

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN MELALUI OUTDOOR-INQUIRY UNTUK MENUMBUHKAN KEBIASAAN BEKERJA ILMIAH
Oleh : Budi Susetyo (NIM 4001506042)

Menurut Budi Susetyo(2008,h.7) Model Pembelajaran Outdoor-inquiry adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan di luar ruangan (outdoor) untuk menemukan (inquiry) konsep, hukum dan teori fisika.

Adapun komponen berpikir dan bertindak ilmiah pada penelitian ini terdiri dari: kegiatan inkuiri ilmiah (learning to do) yang terbimbing sampai diperoleh jawaban dari suatu masalah (learning to know) yang dilakukan secara kolaboratif (learning live together) dan diharapkan siswa menjadi terbiasa berpikir dan bekerja seperti apa yang biasa dilakukan oleh para ilmuwan (learning to be).


Adapun objek dari pembelajaran fisika di luar ruangan (outdoor physics) adalah benda-benda yang ada di alam (buatan atau alami) yang dapat merefleksikan prinsip-prinsip, hukum dan teori fisika. Sehingga pengalaman berpikir, menggunakan peralatan fisika dan benda-benda lain, pandangan siswa tentang dunia ilmiah,kemampuan serta sikap siswa terhadap fisika dapat ditingkatkan (Popov, 2006).

Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian pengembangan perangkat pembelajaran berbasis empat pilar pendidikan melalui outdoor-inkuiri pada pembelajaran Fisika SMA, maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut.
Pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP, LKS dan Buku Guru dapat dilakukan dengan ujicoba bertingkat secara individu, kelompok kecil dan
kelompok besar.
Penerapan perangkat yang dikembangkan dapat menumbuhkan kebiasaan bekerja ilmiah dengan profil ketrampilan proses sains siswa (learning to do) meningkat pada pelaksanaan LKS 01, LKS 02 dan LKS 03 dengan gain 0,29 (katagori rendah) dan 0,38 (katagori sedang). Pemahaman konsep siswa (learning to know) meningkat pada pelaksanaan LKS 01, LKS 02 dengan gain 0,10 (katagori rendah) tetapi menurun pada pelaksanaan LKS 03 dengan gain -0,.09 (katagori rendah). Kemampuan bekerja kelompok siswa (learning to live together) meningkat pada pelaksanaan LKS 01, LKS 02 dan LKS 03 dengan gain 0,14 (katagori rendah) dan 0,50 (katagori sedang). Kecenderungan peningkatan skor pada ketiga pilar, yaitu learning to do, learning to know, dan learning to live together, menunjukan adanya kecenderungan bahwa learning to be mulai tumbuh.
Respon sikap siswa terhadap model pembelajaran fisika berbasis empat pilar pendidikan melalui outdoor-inkuiri secara umum baik dan sangat baik.

Sumber Referensi :

Susetyo,Budi 2008,’Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Empat Pilar Pendidikan Melalui Outdoor-Inquiry Untuk Menumbuhkan Kebiasaan Bekerja Ilmiah’,tesis MBA, Universitas Negeri Semarang.

Minggu, 06 Agustus 2017

PENGERTIAN DAN FUNGSI MODEL PEMBELAJARAN

PENGERTIAN DAN FUNGSI MODEL PEMBELAJARAN

1. Pengertian Model Pembelajaran
Model secara kaffah dimaknai sebagai suatu obyek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal yang nyata dan dikonversi menjadi sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer,1985). Misalnya model baju kebaya, model baju muslim, model baju tidur.Dalam mempelajari sains model sering juga digunakan, misalnya model atom, model kristal, dan model-model lain dalam sains yang di dalamnya memuat unsur besaran dan lambang bentuk atau simbol benda (kotak, bola, atau yang lain). Sebagai contoh model atom Thomson, model atom Rutherford, dan model atom Bohr.
            Model baju adalah obyek nyata dan model atom adalah contoh visualisasi benda yang sifatnya mikro (tidak kelihatan) menjadi tampak. Berikutnya apa yang dimaksud dengan model pembelajaran? Model pembelajaran merupakan terjemahan dari istilah model of teaching. Joyce,et al. (2004) mendefinisikan model of teaching sebagai ...... a pattern or plan, which can be a curriculum or cources to select instructional materials and to guide teachers actions. Berikutnya, mereka juga menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Lebih lanjut, mereka menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan guru atau instruktur dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Jadi model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Oleh karena itu, sebagai calon guru/instruktur atau sebagai guru/instruktur yang sekaligus sebagai perancang dan pelaksana aktivitas pembelajaran harus mampu memahami model pembalajaran dengan baik agar pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.

2. Fungsi Model Pembelajaran
Banyak model pembelajaran yang telah ditemukan atau dikembangkan oleh para pakar pendidikan dan pembelajaran. Untuk menjadi seorang guru sains yang profesional, pengetahuan tentang modelmodel pembelajaran harus dimiliki oleh guru dengan baik. Sebab, model pembelajaran memiliki beberapa fungsi. Fungsi model pembelajaran tersebut adalah:

A. Membantu dan membimbing guru untuk memilih teknik, strategi, dan metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Seperti telah dipelajari sebelumnya bahwa model pembelajaran pada dasarnya memuat metode, strategi, teknik, dan taktik pembelajaran. Untuk itu,ketika guru menggunakan model pembelajaran tertentu secara otomatis dia/ia akan mengetahui taktik, teknik, strategi, dan metode pembelajaran yang akan dilakukan. Tentang metode pembelajaran dapat diikuti pembahasan selanjutnya.

B. Membantu guru untuk menciptakan perubahan perilaku peserta didik yang diinginkan. Guru telah mengetahui bahwa model pembelajaran digunakan untuk merealisasikan target pembelajaran atau tujuan pembelajaran dalam RPP dan implementasinya dalam pembelajaran.Bentuk perubahan perilaku yang ditargetkan pada siswa sebenarnya termuat dalam rumusan tujuan pembelajaran (ingat rumus tujuan pembelajaran ABCD). Oleh karena itu, model pembelajaran dapat membentuk atau menciptakan tercapainya tujuan pembelajaran atau menciptakan perubahan perilaku pada siswa. Perubahan-perubahan perilku tersebut misalnya, menulis rumus gaya, menghitung kuat arus listrik, mengukur kecepatan udara, menentukan massa jenis zat, dan lain-lain.

C. Membantu guru dalam menentukan cara dan sarana untuk menciptakan lingkungan yang sesuai untuk melaksanakan pembelajaran. Ketika guru menetapkan untuk menggunakan model pembelajaran tertentu, secara otomatis guru harus menentukan cara dan sarana agar tercipta lingkungan seperti yang dikehendaki dalam model pembelajaran yang guru pilih. Misalnya cara mendemonstrasikan konsep tekanan dan media atau alat peraga yang diperlukan. Misalnya cara memegang alat, cara menunjukkan konsep-konsep besaran yang ada pada konsep tekanan (gaya dan luas) pada siswa. Sarana misalnya, menggunakan benda nyata, visualisasi, atau menggunakan analogi untuk demonstrasi tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan model pembelajaran dapat secara langsung membantu guru untuk menentukan cara dan sarana agar tujuan pembelajaran tercapai.

D. Membantu menciptakan interaksi antara guru dan siswa yang diinginkan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan model pembelajaran, guru dapat mempunyai pedoman untuk berinteraksi dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Misalnya cara mengkomunikasikan informasi, cara memunculkan masalah, cara menanggapi pertanyaan dan jawaban siswa, cara membangkitkan semangat siswa, dan lain-lain.

E. Membantu guru dalam mengkonstruk kurikulum, silabus, atau konten dalam suatu pelajaran atau matakuliah. Dengan memahami modelmodel pembelajaran, dapat membantu guru untuk mengembangkan dan mengkonstruk kurikulum atau program pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau mata kuliah.

F. Membantu guru atau instruktur dalam memilih materi pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran, penyusunan RPP, dan silabus. Dengan memahami model pembelajaran yang baik, guru akan terbantu dalam menganalisis dan menetapkan materi yang dipikirkan sesuai untuk siswa.

G. Membantu guru dalam merancang kegiatan pendidikan atau pembelajaran yang sesuai. Oleh karena dalam model pembelajaran ada sintakmatik atau fase-fase kegiatan pembelajaran, maka dengan model pembelajaran yang telah dipilih, guru akan terpandu dalam merancang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

H. Memberikan bahan prosedur untuk mengembangkan materi dan sumber belajar yang menarik dan efektif. Dalam setiap model pembelajaran ada sistem pendukung. Dengan sistem pendukung pada model pembelajaran tertentu, guru akan terbimbing untuk mengembangkan materi dan sumber belajar, misalnya membuat handout, modul, diktat, dan lain-lain.

I. Merangsang pengembangan inovasi pendidikan atau pembelajaran baru. Dengan memahami dan menerapkan model-model pembelajaran, guru mungkin menemukan beberapa kendala. Jika kendala-kendala yang ditemukan kemudian dicarikan solusinya, maka akan memunculkan ide model atau strategi pembelajaran baru.

J. Membantu mengkomunikasikan informasi tentang teori mengajar.Setiap model pembelajaran tentu memerlukan teori-teori mengajar berupa pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik. Oleh karena itu, ketika guru menggunakan model pembelajaran tertentu secara otomatis guru akan mengkomunikasikan teori-teori tentang mengajar seperti yang telah disebutkan.

K. Membantu membangun hubungan antara belajar dan mengajar secara empiris. Ketika guru menerapkan model pembelajaran tertentu, guru akan mengamati aktivitas belajar dan mengajar dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran tertentu guru dapat terpandu untuk membangun hubungan antara kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan kegiatan yang dilakukan oleh guru.

SUMBER :

Sutarto dan Indrawati.2013.Strategi Belajar Mengajar “Sains”.Jember : UPT Penerbitan UNEJ.